Aksesbilitas di New Zealand

ZETIZEN NATIONAL CHALLENGE GO TO NEW ZEALAND
ZETIZEN FUN ADVENTURE TRIP TO NEW ZEALAND
26 November - 3 Desember 2016


“AKSESBILITAS DI NEW ZEALAND”


Saya mau berbagi pengalaman saya selama di New Zealand. Di sana saya banyak belajar dari budaya maori sampai pendidikan di New Zealand. Masih banyak ilmu yang sudah kuketahui melalui juru bahasa isyarat. Nah , jadi saya mau berbagi cerita yang sangat menarik di New Zealand. Apa itu ? AKSESBILITAS. Di sana aksesbilitas sangat lengkap bisa diakses oleh semua jenis disabilitas.
Yuk kita lihat situasi di Indonesia terhadap aksesbilitas!

Secara pribadi bahwa aksesbilitas yang ada di Indonesia itu masih sangat minim karena banyak tempat umum sulit diakses oleh semua jenis disabilitas. Meskipun pemerintah sudah menyediakan beberapa tempat yang dianggap akses, namun faktanya tempat tersebut tak dapat diakses atau tak dapat digunakan oleh orang disabilitas.Kok gitu ? Nah coba kita lihat terlebih dahulu pada trotoar di pinggir jalan ada guiding blok yang berwarna kuning. Itulah namanya akses untuk tuna netra tetapi sulit diakses karena ujung jalan ditutup sama tiang listrik maka guiding block terputus dan tidak dapat digunakan sesuai dengan fungsinya
Selain guiding block, akses untuk Tuli jarang ditemukan . salah satu akses berupa lalu lintas, lampu tanda orang diperbolehkan untuk berjalan tidak dihidupkan lagi dan juga dicabut. Jadi kita bingung apakah kita harus menyeberangi secara langsung atau berhenti dulu hingga kendaraan-kendaraan tidak lewat. Nah itu risiko kecelakan bagi kaum Tuli. Selain lalu lintas, akses berupa juru bahasa sebagai pemberi informasi melalui bahasa isyarat itu sangat  diperlukan di depan kita pada beberapa infrastruktur yang penting seperti di kantor dinas , rumah sakit , puskemas , kantor polisi , kantor presiden dan lain-lain yang berhubungan pada segi ekonomi , politik , kesehatan dan sosial. Selain  itu juga aksesbilitas berupa subtitle pada perfilman maupun tv biasa karena itu perlu dimanfaatkan karena Tuli haus informasi yang bermanfaat melalui teks tersebut. kami kaum Tuli memiliki kemampuan visual lebih kuat dibanding indera lain.
Selain akses untuk Tuli, akses untuk tuna daksa yang memakai kursi roda berupa ramp atau bidang miring. Saya melihat situasi di Indonesia sangat minim! Karena semua ketinggian trotoar sangat tinggi dan ramp juga curam. Itu risiko bagi tuna daksa bisa jatuh dari ketinggian tersebut. Juga beberapa infrastruktur tidak ada ram hanya saja tangga jadi para tuna daksa tidak bisa masuk tersebut. Sadis bukan? Menurut saya itu sangat kesenjangan sosial.jika dibandingkan dengan NZ
Saya mengerti Indonesia ini masih bayi karena mereka masih belajar untuk melayani dan membangun aksesbilitas bagi masyarakat disabilitas. Oleh karena itu , negara kita baru meratifikasi Konvensi Internasional Hak-hak Penyandang Disabilitas pada Undang-undang no.19 tahun 2011 oleh presiden RI yang ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono. Dan di Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri juga baru saja mengesahkan peraturan daerah no.4 tahun 2012 tentang hak-hak penyandang disabilitas  Jadi saya maklum dan harus lebih semangat untuk mewujudkan Indonesia Aksesibel.
Sudah tahu situasi di Indonesia seperti apa yaa.. yuk kita lihat situasi di New Zealand! Apakah tidak sebaik di Indonesia ? uhmm.. penasaran ya ? yuk baca di bawah yaa..
Ini pertama kalinya saya ke luar negeri. Awalnya saya bayangkan kalau di New Zealand mungkin ada aksesbilitas sangat bagus karena negara itu maju. Jadi wajar kalau negara maju sudah pasti ada akses bagi disabilitas. Nah ketika pertama kali saya melihat trotoar di area bandara Auckland sangat baik karena ketinggian trotoar pendek sekali apalagi ram juga landai dan panjang itu pasti para tuna daksa pengguna kursi roda dapat mengakses tersebut dengan nyaman dan bisa menyeberangi jalan dengan mudah dan lancar. Yang saya lihat bahan dasar trotoar mungkin dari batu kerikil sama semen, saya berpikir bahan itu ada manfaat bagi pengguna kursi roda karena ban kursi roda itu karet maka pengguna bisa berhenti dengan baik tanpa licin bila hujan turun dan membasahi trotoar. Beda kalau di Indonesia adanya keramik dan semen yang dapat membahayakan bagi pengguna kursi roda seperti licin dan jatuh ketika berhenti mendadak. Jika suatu tempat akses bagi orang disabilitas maka juga akan akan bagi orang bukan disabilitas. Sehingga adanya desain universal sangat penting adanya.
Selain trotoar, lampu lalu lintas sangat bermanfaat yang bisa mengakses bagi tunanetra dan Tuli. Untuk tuna netra dimana ia harus menekan tombol pada tiang lampu lalu lintas, tombol itu bertujuan untuk memberi tanda untuk berjalan dan berhenti melalui suara. Apabila ada suara tanda kita diperbolehkan untuk berjalan maka tuna netra langsung menyeberangi jalan sesuai perintah dari lampu lalu lintas. Hal tersebut dapat mengamankan dari risiko kecelakan. Terlebih lagi budaya tertib berlalulintas di New Zealand saya akui jempol. Soal guiding block di Auckland sangat lengkap dan luas dan apalagi tidak ada jalan terputus. Untuk Tuli dimana ia harus memperhatikan lampu lalu lintas dan ia harus menunggu lampu bernyala sampai berwarna hijau sebagai tanda ia diperbolehkan untuk menyeberangi jalan. Ketika lampu nyala berwarna hijau kemudian muncul waktu hitung mundur untuk siap – siap lampu hijau berubah jadi merah sebagai tanda kita harus berhenti di samping lampu lalu lintas. Dan selain lalu lintas , kita Tuli juga menikmati mengakses membaca papan petunjuk dengan jelas dan benar dimana kita akan tuju. Saya kurang tahu di tv atau perfilman disana sudah ada subtitle atau enggak soalnya seminggu saya tidak sempat menonton tv karena kegiatan kami di sana sangat padat. Soal pendidikan di NZ itu sangat menginspirasi saya karena di NZ telah mengesahkan bahasa isyarat sebagai bahasa resmi sejak tahun 2006. Bahasa resmi yang digunakan di New Zealand adalah Bahasa Inggris, Bahasa Maori, dan Bahasa Isyarat. Wohaaa ! manusia-manusia di NZ memang adil ! tidak pernah memandangi siapa miskin kaya bodoh pintar dan sebagainya.
Nah itu bagaimana nilai perbandingan antara NZ dan Indonesia ? apakah kalian berharap Indonesia akan sebaik NZ ? saya yakin Indonesia bakal sebaik NZ karena Indonesia sudah mengesahkan peraturan undang-undang tentang disabilitas pada tahun 2011



Writen by Gustian Hafidh Mahendra – Alpha Zetizen D.I Yogyakarta
Presented by : Jawa Pos Group
Offical Partner : New Zealand Embassy Jakarta and New Zealand Trade and Enterprise Jakarta.


Komentar

  1. Hallo mas gustian..saya bima asal medan..kalo boleh tau apakah NZ menyediakan banyak beasiswa untuk penyandang disabilitas

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman pertama kali saya bertemu teman-teman pendengar

Apa perbedaan kata tuli dan Tuli ?